Dalam kegiatan industri, kalibrasi dibutuhkan untuk menentukan kebenaran konvensional suatu nilai pada alat dan bahan ukur. Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM), kalibrasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Secara sederhana, kalibrasi adalah penentuan kebenaran pengukuran untuk mendukung sistem mutu dengan cara membandingkan standar ukur yang memiliki ketelusuran terhadap standar nasional untuk satuan ukuran internasional. Dalam pelaksanaannya, ada lima langkah penting kalibrasi yaitu persiapan, pelaksanaan, dan laporan. Berikut adalah penjabaran lebih lanjut untuk memahami lima langkah penting kalibrasi.
1. Persiapan kalibrasi, dari alat hingga metode
Langkah penting kalibrasi pertama adalah persiapan. Proses kalibrasi harus didahului dengan tahapan persiapan yang meliputi peralatan, pelaksana, kondisi lingkungan, hingga metode kalibrasi. Alat yang harus perusahaan persiapkan ada dua, yaitu alat standar dan alat yang dikalibrasi. Alat standar tersebut harus mempunyai ketelusuran (traceability) yang terpercaya dengan memiliki bukti sertifikat kalibrasi. Selanjutnya, alat standar dan alat yang dikalibrasi mesti berada dalam kondisi yang sama sesuai metode kalibrasi. Pengkondisian tersebut sangat penting untuk mencegah perbedaan hasil ukur karena adanya pengaruh lingkungan.
Setelah alat, persiapan selanjutnya ialah penentuan pelaksana kalibrasi. Syarat menjadi pelaksana kalibrasi ialah memahami tentang kalibrasi yang akan ia kerjakan untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data ukur.
Umumnya, pelaksana yang tepercaya adalah mereka yang memiliki pengalaman di bidang kalibrasi, atau pernah mengikuti kursus khusus kalibrasi. Dalam kondisi tertentu, pelaksana yang dibutuhkan juga harus memenuhi syarat latar belakang pendidikan atau persyaratan fisik tertentu.
Aspek penting ketiga dalam persiapan ialah kondisi lingkungan kalibrasi yang harus sesuai persyaratan metode kalibrasi. Kondisi lingkungan harus mengalami pengaturan pada detail tertentu, seperti suhu dan kelembaban. Hal ini sangat penting, terutama untuk peralatan yang mudah mengalami perubahan akibat pengaruh kondisi lingkungan seperti getaran, suhu, kelembaban, cahaya, dan sebagainya.
Persiapan berikutnya ialah metode kalibrasi yang mengacu pada standar tertentu. Syarat acuannya ialah berbasis publikasi yang diakui masyarakat luas. Sehingga, tidak hanya standar internasional yang menjadi acuan, tetapi juga metode standar lainnya semisal text book, jurnal, buletin, dan manual peralatan.
Dari acuan-acuan tersebut, metode yang menjadi pilihan untuk dipakai sebaiknya mudah terlaksana. Sebab, metode kalibrasi sulit berisiko mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan data kalibrasi.
2. Pelaksanaan kalibrasi mulai dari pengamatan
Pelaksanaan kalibrasi mulai dari pengamatan hingga penentuan ketidakpastian. Kalibrasi ialah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman atas setiap detail pelaksanaan. Setelah persiapannya yang sangat ketat, pelaksanaannya pun membutuhkan tahapan yang sangat teliti. Bermula dari pengamatan awal pada alat, penyetelan, pengamatan kewajaran hasil ukur, hingga menentukan ketidakpastian.
Pengamatan awal meliputi pemeriksaan terhadap alat yang akan dikalibrasi, apakah alat tersebut dalam kondisi normal atau tidak. Secara mendasar, kalibrasi bukanlah aktivitas memiliki tujuan memperbaiki alat, melainkan kebenaran nilainya. Jika alat mengalami kerusakan, atau tidak sempurna, perbaikilah terlebih dahulu. Umumnya, ada petugas khusus yang biasa memperbaiki alat yang akan dikalibrasi namun mengalami kerusakan.
Setelah memastikannya sempurna, tahapan selanjutnya ialah penyetelan alat yang akan dikalibrasi tersebut. Tujuannya untuk menghindari kesalahan titik nol. Pada tahapan ini, yang biasanya dilakukan adalah penyetelan kedataran, pembersihan alat, dan penyetelan titik nol. Jika alat yang dikalibrasi adalah neraca elektronik, penyetelan dapat berupa kalibrasi internal sesuai prosedur yang tertera dalam manual.
Tahapan berikutnya adalah pengamatan lagi, yaitu pada kewajaran penunjukkan alat. Jika alat menampilkan hasil ukur yang tidak wajar, maka perlu adanya solusi. Tindakan tersebut biasa berupa penyetelan kembali atau mencari penyebab lain ketidakwajaran tersebut, lalu mencari solusinya.
Langkah penting kalibrasi selanjutnya adalah melaksanakan pengukuran pada titik ukur tertentu mengikuti dokumen acuan kalibrasi. Pelaksanaan pengukuran harus sesuai kapasitas alat dan rentang ukur tertentu yang biasa digunakan. Aturannya, jika dokumen acuan kalibrasi tidak menyertakan titik ukur, umumnya pengukuran dilakukan dalam selang 10 persen dari kapasitas ukur alat.
Hal penting dalam tahapan ini ialah pembuatan titik ukur yang harus mudah dibaca oleh pengguna alat. Sehingga, saat melaksanakan pengukuran, pengguna alat hanya melakukan pengambilan data dan tidak lagi melakukan tindakan lainnya yang dapat mengganggu pembacaan atau pencatatan hasil ukur, dan menyebabkan kesalahan.
Berikutnya, pencatatan hasil ukur yang harus berdasar pada yang terlihat, bukan pada yang dirasakan, sehingga dapat terlaksana secara objektif. Untuk itu, pengguna alat perlu juga menyiapkan format tertentu sesuai dengan ketentuan metode kalibrasi, agar data yang tercatat sesuai dengan yang dilihat. Pencatatan ini meliputi data ukur, identitas alat secara lengkap, dan faktor yang memengaruhi kalibrasi seperti suhu ruangan, kelembaban, cahaya, tekanan udara dan sebagainya.
3. Menghitung data kalibrasi
Setelah tercatat, langkah penting kalibrasi selanjutnya adalah penghitungan data kalibrasi sesuai metode kalibrasi. Secara detail, proses penghitungan melibatkan pekerjaan memberikan konversi satuan, menghitung nilai maksimum-minimum, nilai rata-rata, standar deviasi, atau menentukan persamaan regresi. Hasil yang muncul kemudian akan menjadi dasar dalam penarikan kesimpulan dan penentuan ketidakpastian kalibrasi.
4. Menentukan ketidak pastian kalibrasi
Penentuan ketidakpastian kalibrasi juga merupakan tahap penting dalam pelaksanaan. Alasannya, hasil kalibrasi dipengaruhi oleh banyak faktor terkait peralatan, pelaksana, lingkungan, dan metode kalibrasi. Faktor-faktor tersebut ada yang pengaruhnya mendominasi dan ada pula yang dapat diabaikan tergantung jenis kalibrasinya. Oleh karena itu, nilai telusur atau kesalahan sistematik dari hasil kalibrasi tidak berada di satu titik tertentu, tetapi dalam suatu rentang nilai sebesar nilai ketidakpastian kalibrasi.
5. Membuat dan menerbitkan laporan hasil kalibrasi
Tahapan terakhir adalah pembuatan laporan kalibrasi, yang formatnya mengacu pada pedoman SNI 19-17025. Pembuatan laporan kalibrasi secara sederhana setidaknya terdiri dari 4 tahap: pembuatan konsep, pemeriksaan konsep, pengetikan konsep, dan pengesahan laporan.
Sebelum pembuatan, perlu ada pengonsepan laporan berdasarkan hasil pengukuran, perhitungan data, hingga penghitungan ketidakpastian. Berikutnya, petugas yang berwenang memeriksa konsep tersebut, terutama pada kesalahan identitas alat, pengambilan data, hasil penghitungan data, dan penghitungan ketidakpastian.
Selanjutnya adalah pengetikan konsep laporan yang juga harus menyertakan pemeriksaan kebenaran pengetikan. Caranya ialah membandingkan antara konsep laporan dengan hasil pengetikan konsep laporan. Jika sudah sesuai, kepala laboratorium kalibrasi atau perwakilannya yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang kalibrasi akan mengesahkan laporan tersebut.
Lima langkah utama tersebut merupakan dasar dalam pelaksanaan kalibrasi yang sangat penting dalam perindustrian. Semuanya harus terlaksana dengan teliti dan tertib, demi mendapatkan kebenaran pada alat dan bahan pengukuran. Kesesuaian pengukuran menurut standar akan memengaruhi kualitas pelaksanaan aktivitas industri.