Apa itu Stress?
Stress adalah suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka. Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan. (Sumber Wikipedia).
Mengapa kita perlu untuk mengatasi stress?
- Sekitar 1 dari 5 orang mengatakan bahwa mereka mengalami stress atau sangat stress dalam pekerjaan mereka.
- Lebih dari setengah juta orang melaporkan mengalami sakit akibat dari stress pekerjaan.
- Setiap kasus sakit akibat stress kerja mengakibatkan kehilangan 29 hari waktu kerja. Sebanyak 13,4 juta hari total kehilangan waktu kerja pada tahun 2001.
- Kerugian atau biaya yang dikeluarkan untuk penyakit akibat stress kerja berkisar antara £ 37 Miliar – £ 38 Miliar setahun (1995-1996).
(Sumber Health and Safety Executive).
Mengingat demikian besarnya dampak kerugian yang diakibatkan oleh stress kerja, maka Health and Safety Executive (HSE) di UK membuat manajemen standar untuk mengatasi atau mengurangi stress di tempat kerja. Guidance atau manajemen standar yang dikeluarkan oleh HSE mencakup enam (6) elemen penting dalam mengendalikan stress kerja ditempat kerja. Jika enam elemen tersebut tidak ditangani dengan baik, maka akan dapat berdampak terhadap kesehatan pekerja, kesejahteraan pekerja, produktivitas kerja, kecelakaan kerja, kenyamanan bekerja, hubungan kerja, dan lain-lain. Enam elemen penting yang harus ditangani secara baik dan berkelanjutan adalah sebagai berikut:
- Tuntutan – seperti beban kerja, pola kerja dan lingkungan kerja.
- Kontrol – berapa banyak pekerja mengatakan bahwa mereka telah melakukan pekerjaan mereka sesuai SOP namun gagal.
- Dukungan – seperti dorongan, motivasi, kelengkapan sumber daya.
- Hubungan – misalnya mempromosikan perilaku positif untuk mencegah konflik terhadap perilaku negatif.
- Peran/tanggung jawab – apakah para pekerja benar-benar sudah memahami tanggung jawab mereka didalam organisasi dan apakah sudah tidak ada konflik tanggung jawab didalam organisasi.
- Perubahan – apakah setiap perubahan sudah dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pekerja.
Berikut akan kita lihat guideline (manajemen standar) untuk masing-masing elemen agar lebih mudah untuk diterapkan ditempat kerja.
ELEMEN 1: TUNTUTAN
Standar:
- Pekerja harus mampu menunjukkan bahwa mereka dapat mengatasi tuntutan kerja yang diberikan kepada mereka.
- Terdapat sistem atau proses untuk menanggapi setiap keluhan pekerja.
Kondisi yang harus dicapai:
- Perusahaan memberikan beban kerja atau tuntuan kerja yang sesuai atau dapat dicapai/diselesaikan berdasarkan waktu kerja yang disepakati.
- Tuntutan pekerjaan yang diberikan disesuaikan dengan keterampilan dan kemampuan pekerja.
- Pekerjaan yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan pekerja.
- Keluhan pekerja terhadap pekerjaan harus dibicarakan penyelesaiannya.
ELEMEN 2: KONTROL
Standar:
- Pekerja dapat menunjukkan bahwa mereka mampu menjelaskan cara kerja yang mereka lakukan.
- Terdapat sistem atau proses untuk menanggapi setiap keluhan pekerja.
Kondisi yang harus dicapai:
- Pekerja harus mampu mengontrol pekerjaan mereka.
- Perusahaan mendoronga pekerja untuk menggunakan keterampilan dan inisiatip dalam melakukan pekerjaan mereka.
- Perusahaan mendorong pekerja untuk mengembangkan keterampilan baru untuk membantu mereka dalam mengahadapi tantangan baru didalam bekerja.
- Perusahaan mendorong pekerja untuk mengembangkan keterampilan mereka.
- Pekerja memiliki otoritas untuk mengambil waktu istirahat.
- Pekerja dapat berkonsultasi atas pola kerja mereka.
ELEMEN 3: DUKUNGAN
Standar:
- Pekerja dapat menunjukkan bahwa mereka menerima informasi dan dukunganyang memadai dari atasan dan rekan-rekan kerja mereka.
- Terdapat sistem atau proses untuk menanggapi setiap keluhan pekerja.
Kondisi yang harus dicapai:
- Perusahaan harus memiliki kebijakan dan prosedur yang cukup untuk mendukung pekerja.
- Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan manajer untuk mendorong dan mendukung staff mereka.
- Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan pekerja secara aktif mendorong dan mendukung rekan-rekan kerja mereka.
- Pekerja mengetahui dukungan apa yang tersedia dan bagaimana untuk mengaksesnya.
- Pekerja mengetahui bagaimana untuk mengakses sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mereka.
- Pekerja menerima umpan balik secara berkala dan konstruktif.
ELEMEN 4: HUBUNGAN
Standar:
- Pekerja menunjukkan bahwa mereka tidak mengalami perlakuan yang tidak dapat diterima, misalnya intimidasi ditempat kerja.
- Terdapat sistem atau proses untuk menanggapi setiap keluhan pekerja.
Kondisi yang harus dicapai:
- Perusahaan mempromosikan perilaku positip ditempat kerja untuk menghindari konflik dalam menjamin keadilan.
- Pekerja berbagi informasi yang relevan dengan pekerjaan mereka.
- Perusahaan memiliki kebijakan dan prosedur untuk mencegah perilaku atau perlakuan yang tidak dapat diterima.
- Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan dan mendorong manajer untuk menangani perilaku atau perlakuan tidak dapat diterima.
- Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan atau mendorong pekerja untuk melaporkan perilaku atau perlakuan yang tidak dapat diterima.
ELEMEN 5: PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
Standar:
- Pekerja dapat menunjukkan bahwa mereka memahami peran dan tanggung jawab mereka didalam pekerjaan mereka.
- Terdapat sistem atau proses untuk menanggapi setiap keluhan pekerja.
Kondisi yang harus dicapai:
- Perusahaan harus memastikan penempatan pekerja pada tempat yang sesuai.
- Perusahaan harus memberikan dan menyediakan informasi yang memungkinkan pekerja untuk memahami peran dan tanggung jawab mereka.
- Perusahaan harus membuat persyaratan yang jelas untuk setiap peran dan tanggung jawab kerja.
- Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan pekerja untuk menyampaikan setiap konflik atau masalah yang muncul didalam peran dan tanggung jawab kerja mereka.
ELEMEN 6: PERUBAHAN
Standar:
- Pekerja dapat menunjukkan bahwa perusahaan melibatkan mereka didalam melakukan perubahan.
- Terdapat sistem atau proses untuk menanggapi setiap keluhan pekerja.
Kondisi yang harus dicapai:
- Perusahaan memberikan kesempatan atau waktu yang cukup kepada pekerja untuk memahami alasan-alasan perubahan yang diusulkan.
- Perusahaan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk berkonsultasi tentang perubahan dan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk memberikan masukkan.
- Pekerja menyadari dampak dari setiap perubahan pekerjaan dan jika perlu pekerja diberikan training untuk mendukung perubahan tersebut.
- Pekerja mengetahui waktu atau jadual untuk perubahan.
- Pekerja memiliki akses untuk mendapatkan dukungan yang relevan selama perubahan.
Bagaimana tahapan penerapan guideline penanganan stress ditempat kerja?
Ada lima (6) tahapan yang harus dilakukan dalam menerapkan standar ini, yaitu:
- Menyiapkan organisasi untuk menerapkan manajemen standar penanganan stress ditempat kerja, seperti komitmen top manajemen untuk mendukung program ini, menyediakan sumber daya yang cukup dan team yang akan bekerja untuk program ini.
- Melakukan identifikasi faktor-faktor risiko stress ditempat kerja dengan terlebih dahulu memahami standar penanganan stress ditempat kerja.
- Mengumpulkan data-data pekerja yang mengalami stress dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.
- Melakukan evaluasi terhadap data-data stress yang diperoleh dan mencari solusi yang mungkin dilakukan.
- Membuat rencana tindakan atau program penanganan stress dan menerapkan rencana tersebut.
- Melakukan tinjauan ulang dan kajian efektifitas program penanganan stress yang diterapkan.